Kamis, 07 Juni 2012

ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF ISLAM

                                                                               BAB I
                                                                     PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan sumber segala ilmu. Al-Qur’an menyebutkan tentang kejadian alam semesta dan berbagai proses kealaman lainnya, tentang penciptaan manusia, termasuk manusia yang didorong hasrat ingin tahunya dan dipacu akalnya untuk menyelidiki segala apa yang ada disekitarnya seperti keingintahuan tentang rahasia alam semesta.

Alam semesta merupakan sebuah bukti kebesaran Tuhan, karena penciptaan alan semesta dari ketiadaan memerlukan adanya Sang Pencipta Yang Maha Kuasa. Tuhan telah menciptakan alam semesta ini dengan segala isinya untuk manusia dan telah  menyatakan tentang penciptaan alam semesta dalam ayat-ayat Nya. Meskipun demikian al-Qur’an bukan buku kosmlogi atau biologi, sebab ia hanya menyatakan bagian-bagian yang sangat penting saja dari ilmu-ilmu yang dimaksud.

Keinginantahuan manusia tentang alam semesta tidak hanya membaca al-Qur’an saja, akan tetapi juga  melakukan perintah Tuhan. Sehingga ia dapat  menemukan kebenaran yang dapat dipergunakan dalam pemahaman serta penafsiran al-Qur’an, berdasarkan surat Yunus ayat101. Oleh karena itu tidak dapat diragukan lagi bahwa penciptaan alam semesta bukanlah produk dari hasil pemikiran manusia, akan tetapiproduk dari hasil Tuhan.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka kami dapat menyimpulkan yang menjadi masalah di atas adalah sebagai berikut :
    Alam Semesta dalam Perspektif Islam
    Ayat-ayat Yang Berhubungan Dengan Al-qur’an
    Tujuan Penciptaan Alam Semesta

                                                                               BAB II
                                                                         PEMBAHASAN
A.     Alam Semesta dalam Perspektif Islam
Alam semesta menurut Islam adalah diciptakan pada suatu waktu dan akan ditiadakan pada saat yang lain.
Pandangan Einstein tentang alam semesta sangat bertentangan dengan konsep alam menurut Al-Qur’an. Karena semula alam tiada tetapi kemudian, sekitar 15 milyard tahun yang lalu, tercipta dari ketiadaan. Sedangkan perbandingan konsepsi fisika tentang penciptaan alam dengan ajaran Al-Qur’an dapat kita lihat dalam surat Al-Anbiya’ ayat 30 yang berbunyi:
••
Dan tidaklah orang-orang kafir itu mengetahui bahwa langit (ruang alam) dan bumi (materi alam) itu dahulu sesuatu yang padu, kemudian Kami pisahkan keduanya itu. (Q.S. Al-Anbiya’ : 30).

B.      Ayat-ayat yang Berhubungan dengan Alam Semesta
Di antara ayat-ayat yang dijadikan sebagai bukti otentik tentang penciptaan alam semesta dalam Al-Qur’an yaitu:
1Surat Al-Baqarah ayat 29
Bahwa Allah SWT setelah merinci ayat-ayat-Nya tentang diri manusia dengan mengingatkan awal kejadian, sampai kesudahannya dan menyebutkan bukti keberadaan serta kekuasaan-Nya kepada Makhluk-Nya melalui apa yang mereka saksikan sendiri pada diri mereka, kemudian Dia menyebutkan ayat-ayat-Nya atau bukti lain yang ada di cakrawala melalui apa yang mereka saksikan, yaitu penciptaan langit dan bumi, untuk menunjukkan kekuasaan-Nya yang meliputi segala-galanya dan menunjukkan betapa banyak karunia-Nya kepada umat manusia dengan menjadikan segala yang di bumi sebagai bekal dan persediaan untuk dimanfaatkan.
•
Penjelasan
Menurut Syekh Ahmad Musthofa Al-Maraghi makna ayat:2
•    هو الذي خلق لكم ما في الأرض جميعا (Dialah Tuhan yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu) yaitu : Dalam memanfaatkan benda-benda di bumi ini dapat ditempuh melalui salah satu dari dua cara, yaitu:
1. Memanfaatkan benda-benda itu dalam kehidupan jasadi untuk memberikan potensi pada tubuh atau kepuasan padanya dalam kehidupan duniawi.
2. Dengan memikirkan dan memperhatikan benda-benda yang tidak dapat diraih oleh tangan secara langsung, untuk digunakan sebagai bukti tentang kekuasaan penciptanya dan dijadikan santapan rohani.
Dengan ayat ini kita mengetahui bahwa pada dasarnya memanfaatkan segala benda di bumi ini dibolehkan. Tidak seorangpun mempunyai hak mengharamkan sesuatu yang telah dihalalkan oleh Allah kecuali dengan izin-Nya sebagaimana telah difirmankan pada ayat 10 surat Yunus.
•    ثم استوى إلى السماء (kemudian Dia menuju langit) yaitu:
Kata samaa artinya sesuatu yang jauh berada di atas kepala kita. Dan kata Istawaa berarti langsung menuju tujuan tanpa kecenderungan mengerjakan sesuatu yang lain di tengah-tengah menciptakannya.
•    فسواهن سبع سموات (lalu menciptakan tujuh langit) yaitu:
Maksud dari ayat tersebut, Allah menyempurnakan penciptaan langit hingga menjadi tujuh langit.
Menurut Quraisy Shihab makna ayat :3
•    هو الذي خلق لكم ما في الأرض جميعا yaitu:
Dipahami oleh banyak Ulama’ menunjukkan bahwa pada dasarnya segala apa yang terbentang di bumi ini dapat digunakan oleh manusia, kecuali jika ada dalil yang melarangnya.
•    Makna استوىyaitu:
Kata Istawaa pada mulanya berarti tegak lurus, tidak bengkok. Selanjutnya kata itu dipahami secara majazi dalam arti menuju ke sesuatu dengan cepat dan penuh takad bagaikan yang berjalan tegak lurus tidak menoleh ke kiri dan ke kanan.
•    استوى إلى السماء yaitu:
Kehendak Allah untuk mewujudkan sesuatu seakan-akan kehendak tersebut serupa dengan seseorang yang menuju ke sesuatu untuk mewujudkannya dalam bentuk seagung dan sebaik mungkin.
•    فسواهنyaitu:
Bahwa langit itu dijadikanNya dalam bentuk sebaik mungkin, tanpasedikit aib/kekurangan apapun. Seperti dalam surat al-Mulk ayat 03.
Menurut Al-Imam Abul Fida Ismail Ibnu Katsir Ad-Dimasqy makna ayat:4
•    ثم استوى إلى السماء (kemudian Dia menuju langit) yaitu:
Summa dalam ayat ini menunjukkan ‘ataf khabar kepada khabar, bukan ‘ataf fi’il kepada fi’il yang lain.
Istawaa ilas samaa yaitu berkehendak atau bertujuan ke langit. Makna lafadz ini mengandung pengertian kedua lafadz tersebut, yakni berkehendak dan bertujuan, karena ia dimuta’addi-kan denagn memakai huruf ila.
•    فسواهن سبع سموات (Lalu Dia menciptakan langit tujuh lapis) yakni:
Lafadz as-samaa dalam ayat ini merupakan isim jins, karena itu disebutkan sab’a samaawaat. Maksud ayat ini yaitu Sebagian dari langit berada di atas sebagian  lainnya. Dikatakan sab’a samaawaati artinya tujuh lapis bumi, yakni sebagian berada dibawah yang lain. Ayat ini menunjukkan bahwa bumi diciptakan sebelum langit.
•    وهو بكل شيء عليم (Dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu) yaitu:
Maksudnya, pengetahuan-Nya meliputi semua makhluk yang telah Ia ciptakan sebagaimana dalam firman-Nya:
ألا يعلم من خلق..(الملك : 14)Rincian makna ayat ini diterangkan dalam surat Fushilat ayat 9-12 yang berbunyi:
••
Di dalam ayat Fushilat terkandung dalil yang menunjukkan bahwa Allah SWT memulai ciptaan-Nya dengan menciptakan Bumi, kemudian menciptakan tujuh lapis langit. Memang demikianlah cara membangun sesuatu, yaitu dimulai dari bagian bawah, setelah itu baru bagian atasnya. Makna ayat ini juga diterangkan dalam surat  an-Naazi’aat 27-33:5
•
Apakah kalian yang lebih sulit penciptaannya atau langit? Allah telah membinanya. Dia meninggikan bangunannya, lalu menyempurnakannya, dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita dan menjadikan siangnya terang benderang. Dan bumi sesudah dihamparkan-Nya. Ia memancarkan darinya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh, (semua itu) untuk kesenangan kalian dan untuk binatang-binatang ternak kalian.
Menurut Ali Ibnu Abu Talhah, dari Ibnu abbas, bahwa As-Daha (Penghamparan),dilakukan sesudah penciptaan langit dan bumi. As-Saddi telah mengatakan di dalam kitab tafsirnya, dari Abu Malik, dari Abu Saleh, dari Ibnu Abbas, juga dari Murrah, dari Ibnu Mas’ud, serta dari sejumlah sahabat sehubungan dengan makna surat al-Baqarah ayat 29. bah wa Arasy Allah SWT berada di atas air, ketika itu Allah belum menciptakan makhluk, maka Dia mengeluarkan asap dari air tersebut, lalu asap (agar) tersebut membumbung di atas air hingga letaknya berada di atas air, dinamakanlah sama (langit).
Kemudian air dikeringkan, lalu Dia menjadikannya bumi yang menyatu. Setelah itu bumi dipisahkan-Nya dan dijadikan-Nya tujuh lapis dalam 2 hari, yaitu Ahad dan Senin. Allah menciptakan bumi di atas ikan besar, dan ikan besar inilah yang disebutkan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an surat al-Qolam ayat 1 :
ن والقلم وما يسطرون (1)
Sedangkan ikan besar (nun) berada di dalam air. Air berada di atas permukaan batu yang licin, sedangkan batu yang licin berada di atas punggung malaikat. Malaikat berada di atas batu besar, dan batu besar berada di atas angin. Batu besar inilah yang disebut oleh Luqman bahwa ia bukan berada di langit dan juga di bumi.
Kemudian ikan besar itu bergerak, maka terjadilah gempa di bumi, lalu Allah memancangkan gunung-gunung di atasnya hingga bumi menjadi tenang, gunung-gunung itu berdiri dengan kokohnya di atas bumi. Berdasarkan firman Allah dalam surat al-Anbiya’ : 31:

31.  Dan Telah kami jadikan di bumi Ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka dan Telah kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk.
Allah menciptakan gunung di bumi dan makanan untuk penghuni-penghuninya dan menciptakan pepohonan dan semuanya diperlukan di bumi pada hari Selasa dan Rabu.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam surat Fushilat ayat 9-10. berdasarkan surat Fushilat ayat 11 yang berbunyi:
•
11.  Kemudian dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu dia Berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati".
Bahwa asap itu merupakan uap dari air tadi. Kemudian asap dijadikan langit tujuh lapis dalam dua hari, yaitu hari Kamis dan Jum’at. Sesungguhnya hari Jum’at dinamakan demikian karena pada hari itu diciptakan langit dan bumi secara bersamaan.
Ibnu Jaris mengatakan. Telah menceritakan kepadanya Al-Musanna, telah menceritakan kepada kami Abdullah Ibnu Saleh, telah menceritakan kepadaku Abu Ma’syar, dari Sa’id Ibnu Abu Sa’id, dari Abdullah Ibnu Salam yang mengatakan bahwa sesungguhnya Allah memulai penciptaan makhluk-Nya pada hari Ahad, menciptakan berlapis-lapis bumi pada hari Ahad dan Senin, menciptakan berbagai makanan dan gunung pada hari Selasa dan Rabu, lalu menciptakan langit pada hari Kamis dan Jum’at. Hal itu selesai di akhir hari Jum’at yang pada hari itu juga Allah menciptakan Adam. Pada saat itulah kelak hari qiamat akan terjadi.
Karena Alah pencipta segala sesuatu, yang mengatur segala sesuatu. Dan jangkauan pengetahuan-Nya yang mennyeluruh ini sama dengan jangkauan-Nya yang menyeluruh bagi pengaturan-Nya. Hal ini mendorong keimanan kepada Tuhan Yang Maha Pencipta lagi Esa, memotivasi beribadah kepada Yang Maha Memberi rizqi dan nikmat saja merupakan pengakuan yang indah terhadapnya.  

C.    TUJUAN PENCIPTAAN ALAM SEMESTA   
Bumi diciptakan untuk manusia, dimana Allah menciptakan bumi agar manusia berperan sebagai khalifah, berperan aktif dan utama dalam peristiwa-peristiwa serta pengembangannya. Dia adalah pengelola bumi dan pemilik alat, bukan dikelola oleh bumi dan menjadi hamba yang diatur atau dikuasai oleh alat. Tidak juga tunduk pada perubahan dan perkembangan yang dilahirkan oleh alat-alat, sebagaimana diduga bahkan dinyatakan oleh paham materialisme.
Informasi Allah ini bertujuan mengecam orang-orang kafir yang mempersekutukan Allah, padahal Dia adalah pencipta yang menguasai alam raya ,yang menghamparkan bumi manusia dan menyerasikan langit agar kehidupan di dunia menjadi nyaman. Semua itu tidak ada tempatnya untuk dibahas karena keterbatasan akal manusia, sekaligus karena membahasnya dan mengetahuinya sekalipun tidak berkaitan dengan tujuan penciptaan manusia dan sebagai hamba Allah dan khalifah di dunia.
2   Surat Al-Mulk ayat 1-4
Yaitu surat yang menunjukkan tentang seluruh kerajaan (kekuasaan) ada dalam tangan Allah.
Surat al-Mulk ayat 1 berbunyi :

Penjelasan
Menurut Prof. Dr. Hamka
•    تبارك الذي بيده الملك (Maha Suci Dia, yang di dalam tangan-Nya sekalian kerajaan) yaitu:
Bahwa ayat tersebut mengandung pengertian betapa Tuhan memberi ingatan kepada manusia dalam kerajaan dan kemegahan dalam dunia ini, bahwasannya kerajaan yang sebenar kerajaan, kekuasaan yang sebenar kekuasaan hanya ada dalam tangan Allah.
Segala kerajaan dan kekuasaan yang ada di muka bumi ini, bagaimanapun manusia mengejarnya atau mempertahankannya bila telah dapat diperoleh, tidaklah semua itu benar-benar kerajaan (kekuasaan). Bagaimanapun seorang Raja (Presiden) memerintah dengan segenap kekuatan, kegagahan dan kadang-kadang kesewenang-wenangan, namun kekuasaan yang seperti demikian hanyalah pinjaman belaka dari Allah dan tidak ada yang akan kekal dipegangnya terus.
Naiknya seorang penguasa pun hanyalah karena adanya pengakuan sedang Allah sebagai Maha Kuasa dan Maha Menentukan, tidaklah Dia berkuasa karena diangkat. Itulah sebabnya maka mustahil Allah itu beranak, sebab Allah itu hidup selama-lamanya dan Maha Kuasa untuk selama-lamanya.
•    وهو على كل شيء قدير (Dan Dia atas tiap-tiap sesuatu adalah Maha Menentukan) yaitu:
Sebagai Tuhan Yang Maha Kuasa, pembagi kekuasaan kepada sekalian raja dan penguasa di dunia (di seluruh alam ini), baik di bumi atau di langit, Allah lah yang maha menentukan segala sesuatu. Segala sesuatu adalah meliputi segala sesuatu, baik yang sangat besar maupun yang sangat kecil.
Dengan menggali rahasia alam, akan mendapat pengetahuan tentang segala yang dilihat, didengar dan diselidiki, dari yang kecil sampai kepada yang besar, di waktu mendapatkannya itulah kita akan lebih faham apa arti yang sebenarnya dari pada kata takdir.
Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa segala sesuatu itu ada ketentuannya. Jika tidak ada, maka tidak akan berarti yang dinamakan ilmu pengetahuan (sains). Dan ini ditegaskan pada dekat penutup surat Ali-Imran ayat 191 :
ربنا ما خلقت هذا باطلا
Demikianlah bahwa Tuhan Maha Kuasa dan Menentukan. Sehingga hidup dan mati manusia, musibah atau keselamatan itu adalah pertemuan di antara ketentuan dengan ketentuan, baik yang kecil maupun besar ataupun yang diketahui manusia maupun sebaliknya. Namun seluruh keadaan dalam alam ini tidaklah ada yang terlepas dari ketentuan yang telah ditentukan Tuhan, yang kadang-kadang disebut juga hukum sebab akibat.
Surat Al-Mulk ayat 03, berbunyi :
•
Penjelasan
Menurut Sayyid Quthb makna ayat :
•    الذي خلق سبع سموات طباقا (Dia telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat) yaitu:
Di dalam zilal nya bahwa langit tujuh tingkat itu jangan ditafsirkan dengan ilmu pengetahuan (science, sains) yang bisa berubah-ubah. Karena penyelidikan manusia tidak akan lengkap menghadapi alam cakrawala yang begitu luas.
Surat Al-Mulk ayat 1 - 4, berbunyi :
•
Menurut Ust.Asrari Alfa MAg dan Drs. H. Syu’aib H. Muhammad MAg diambil dari Shofwatut Tafsir makna surat al-Mulk ayat 1-4 yaitu:
•    Makna تبارك الذي بيده الملكyaitu:
Maha mulia dan luhur Allah yang maha tinggi dan maha besar, yang melimpahkan kepada makhluknya bermacam-macam kebaikan .Yang mana kerajaan langit dan bumi dalam genggaaman kekuasaan dan berbuat sesuatu sekehendakNya. Ibnu Abbas berkata: DitanganNyalah segala kerajaan, Dia memulyakan dan menghinakan orang yang dikehendaki, menghidupkan dan mematikan, menjadikan kaya dan fakir, serta memberi dan mencegah.
•    وهو على كل شيء قديرyaitu:
Dialah yang menguasai segala sesuatu yang baginya kekuasaan yang sempurna, yang menyelesaikan segala urusan secara sempurna tanpa menahan dan menolak kemudian menerangkan kekuasaanNya dan kata hikmahNya sangat mulia.
•    الذي خلق الموت والحياةyaitu:
Menjadikan di dunia sebuah kehidupan dan kematian, Dia menghidupkan dan mematikan apa yan dikehendakiNya.Dialah Yang Maha Esa dan Maha Perkasa. Akan tetapi Dia memberikan kematian karena sesungguhnya kematian itu bertiup dari nafas dan menakutkan.Ulama’ berkata: Kematian itu bukanlah hal yang fana, yang terputus dari segala kehidupan akan tetapi hanya perpindahan dari satu alam ke alam lain. Hal ini sudah menjadi ketetapan dalam qoul yang shahih bahwa mayyit itu mendengar, melihat dan merasakan di dalam kuburnya sebagaimana Rasulullah bersabda: Sesungguhnya salah seorang diantara kamu apabila diletakkan didalam kuburnya dan para sahabatnya mengiringinya ,sesungguhnya dia mendengar suara langkah kakinya. Kematian adalah terputusnya ruh dari badan terpisahnya dari jasad.
•    ليبلوكم أيكم أحسن عملاyaitu:
Allah menguji  kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik dari yang jelek. Imam Qurthubi berkata: Yakni amalmu yang diuji, sesungguhnya Allah mengetahui orang yang taat dan berbuat dosa.
•    وهو العزيز yaitu:Dzat yang mengalahkan orang yang melawan-Nya.
•    الغفورyaitu:Maha pengampun atas dosa-dosaaa orang yang bertaubat dan kembali kepadaNya.
•    الذي خلق سبع سموات طباقاyaitu:Menciptakan tujuh langit yang berlapis-berlapis
•    ما ترى في خلق الرحمن من تفاوتyaitu:Wahai para pendengar kamu tiadak melihat ciptaan Allah sesuatu kekurangan dan cacat atau perbedaan dan perselisihan. Tuhan adalah puncaknya keyakinan, sesungguhnya Dia bersabda Fi kholqir rohmaani dan bukan fi hinna sebagai pengagungan bagi makhlukNya dan mengingatkan atasluasnya kekuasaan Allah.
•    فارجع البصر هل ترى من فطورyaitu:Melihat kelangit secara berulang-ulang atas ciptaan Allah dan apakah kamu mellihat ketereblahan dan keterputusan?
•    ثم ارجع البصر كرتينyaitu:Kemudian mengulang-ulang lagi melihat ke langit yang sangat menajubkan.
•    ينقلب إليك البصر خاسئاyaitu:Penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sebuah cacat sebagai bukti, dan tidak melihat apa yang kamu inginkan.
•    وهو حسير yaitu:Penglihatanmu dalam keadaan letih dan payah karena penyakit yang tak mau sembuh. Imam fahr berkata: Bahwa makna sesungguhnya apabila kamu mengulang-ulangi pandanganmu, penglihatanmu tidak akan kembali kepadamu dengan apa yang disandarkan dari adanya cacad dan cela tetapi kembali  karena tidak menemukan cacad dan melihat keletihan serta kepayahan penyakit yang tak mu sembuh.
Imam Qurthubi berkata: mengulangi pandanganmu dan membalikkan penglihatanmu kelangit secara berulang-ulang maka penglihatanmu akan kembali kepadamu karena tunduk dan merasa kecil yang jauh dari melihat cela dan cacad. Akan tetapi masalah pandangan dengan berulang kali karena manusia apabila melihat sesuatu ssekali tidak melihat cela selagi tidak melihat yang kedua kalinya.
Dan maksud bil karrotaini adalah untuk memperbanyak dengan dalil yanqolib ilaikal bashoro khosinan wahuwa hasiir ini menunjukkan bukti atas banyaknya melihat kemudian Allah menerangkan tentang bintang yang bercahaya dan memancar menghiasi langit.
Sesungguhnya keempat ayat Mulk ini, membawa kita manusia ke halaman alam yang Maha Kuasa untuk mempergunakan penglihatan mata dan pendengaran telinga menghubungkan diri dengan Allah, dengan perantaraan alam yang Allah ciptakan. Benarlah kata-kata yang jadi buah tutur dari ahli tasawuf:
Aku ini adalah perbendaharaan yang sembunyi lalu Aku ciptakan hamba-hambaKu. Maka dengan bimbingan-Kulah mereka mengenal Aku.
Akal budi dan perasaan yang halus dalam diri dipersambungkan dengan alam keliling oleh penglihatan dan pendengaran, untuk mengambil hasil dan mencari hakikat yang sebenarnya mencari kenyataan sejati di belakang kenyataan yang tampak.
Ayat-ayat ini mendorong kita berbuat untuk mencintai seni, berperasaan halus, membawa kita dalam ilmu pengetahuan serta dalam filsafat. Tetapi hasil sejati adalah menumbuhkan keyakinan bahwa kita datang ke bumi tidak kebetulan dan alam sendiri mustahil begini teratur; kalau tidak ada yang mengaturnya.
                                                                       BAB III
                                                                KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa:
Allah telah menciptakan alam semesta ini dengan segala kebesarannya, yang menguasai alam ini, mengaturnya dengan perintah-Nya ,mengendalikannya dengan kekuasaan-Nya. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat dalam putaran yang abadi ini. Yaitu, putaran malam mengikuti siang dalam peredaran planet ini. Dia menciptakan matahari, bulan dan bintang, yang semula tunduk kepada perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pencipta dan Tuhan sekalian alam.
Al-Qur’an telah menghubungkan semua pagelaran alam semesta dan seluruh getaran jiwa kepada akidah tauhid. Ia mengubah setiap kilatan sinar dalam lembaran alam semesta atau dalam batin manusia kepada sebuah dalil atau isyarat. Demikianlah alam semesta beserta segala isinya beralih rupa menjadi tempat pementasan ayat-ayat Allah yang dihiasi dengan keindahan oleh “tangan” kekuasaan dan bekas-bekasnya tampak nyata dalam setiap pagelaran dan pemandangan serta gambaran dan bayang-bayang didalamnya. Sehingga manusia diharuskan percaya dengan adanya alam semesta ini sebagai bukti dari kebesaran Tuhan.
Alam semesta bukanlah produk dari hasil pemikiran manusia melainkan produk dari hasil pemikiranTuhan. Berdasarkan bukti yang kongkrit dan valid yang berupa ayat-ayat al-Qur’an seperti surat al-Baqoroh: 29, al-A’raf: 54, Ibrahim: 32-34, Fushilat: 9-11, al-Anbiya’: 31, ali-Imran:190-194 dan al-Mulk: 1-4 serta ayat-ayat yang lain dalam al-Qur’an. Perdebatan yang terjadi dikalangan Teolog Muslim menyangkut ungkapan-ungkapan al-Qur’an itu, tidak lain kecuali salah satu dampak buruk dari sekian dampak buruk filsafat Yahudi dan Nashrani yang bercampur dengan akal Islam yang murni. Tidaklah wajar bagi kita dewasa ini terjerumus dalam kesalahan tersebut sehingga memperburuk keindahan akidah Islam dan keindahan al-Qur’an.
Allah menciptakan alam semsta ini dalam keadaan yang sangat harmonis, serasi dan memenuhi kebutuhan makhluk. Allah telah menjadikannya  baik, memerintahkan hamba-hambanya untuk memperbaikinya. Dalam ayat ini Tuhan menerangkan dalil-dalil yang terdapat dalam cakrawala yang menunjuk kepada kita agar mensyukuri Allah dan tetap mentaati-Nya.

                                                                  DAFTAR PUSTAKA
Baiquni M.Sc.,Ph.D,Prof.Ahmad. Al-Qur’anIlmu pengetahuan dan Teknologi, (Jakarta: Dana Bakti Prima Persada, 1985)
Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi, Al-Imam Abul Fida Ismail. Tafsir Ibnu Katsir Juz I al-Fatihah – al- Baqoroh, (Bandung: Sinar Baru Algensindo 2002)
, Tafsir Ibnu Katsir Juz 4 ali Imron92-an-Nisa’23,(Bandung: Sinar baru Alggensindo, 2000)
Quthb, Sayyid. Tafsir fi Zhilalil Qur’an: Dibawah Naungan Al-Qur’an, Jilid 1, (Jakarta: Gema Insani Press, 2000)
.Tafsir fi Zhilalil Qur’an: Dilengkapi dengan Takhrij hadits
dan Indeks Tematik, Jilid 2 Juz 3 dan 4, (Jakarta: Robbani Press, 2001)
. Tafsir fi Zhilalil Qur’an: Dibawah Naungan al-Qur’an al-An’am – Surah al-A’raf 137), Jilid 4, (Jakarta: Gema Insani, 2002)
Tafsir fi Zhilalil Qur’an: Dibawah Naungan Al-Qur’an ( Surat Yusuf 102-Thaahaa 56) Jilid 7, (Jakarta: Gema Insani, 2003)
Hamka, Prof. Dr.Tafsir Al-Azhar, Juz IV (Bogor: Yayasan Nurul Islam, 1981)
. Tafsir al-Azhar Juz XXIX, ( Bogor: Yayasan Nurul Islam, 1964)
Al-Maraghi, Syekh Ahmad Mustofa. Tarjamah Tafsir Al-Maraghi, (Yogyakarta: Sumber Ilmu, 1985)
Terjemah Tafsir Al-Maraghi, Juz XIII (Semarang: CV. Toha Putra, 1994)
Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Volume 1: Surat al-Baqoroh, (Jakarta: Lentera hati, 2000)

OTONOMI DAERAH

                                                               KATA PENGANTAR
  
       Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT dan tidak ketinggalan pula kami ucapkan shalawat dan salam kepada baginda Nabi Muhammmad SAW, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ ojek materiil logika serta penalaran ”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah logika.
        Terimakasih   kami   sampaikan   kepada   Dosen   pengampu   yaitu beliau  Bapak Nurul Aini, Yang telah membimbing kami dan tak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada rekan yang telah terlibat dalam penyusunan makalah ini.
Dalam makalah ini kami berupaya sekuat tenaga dan pikiran untuk menampilkan  yang terbaik dalam  pembuatan makalah ini,  namun kami menyadari bahwa “ Tiada mawar yang tak berduri “ . Tentu masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu dengan tulus dan rendah hati kami mengharap kritik dan saran dari pembimbing yakni dosen, para mahasiswa dan pembaca guna perbaikan dan penyempurnaan dalam makalah yang kami buat.

                                                                                                                    Jepara, April 2012
                                                                                                                    penyusun














                                                                         BAB I
                                                              PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Otonomi berasal dari dua kata :Auto berarti sendiri,nomos berarti rumah tanggaatau urusan pemerintahan. Otonomi dengan demikian berarti mengurus rumah tanggasendiri. Dengan mendampingkan kata otonomi dengan kata Daerah, maka istilah“mengurus rumah tangga sendiri” mengandung makna memperoleh kekuasaan dari pusatdan mengatur atau menyelenggarakan rumah tangga pemerintahan daerah sendiri.Berdasarkan Keputusan Mendagri dan Otonomi Daerah Nomor 50 Tahun 2000 tentangPedoman Organisasi Dan Tata Kerja Perangkat Daerah Provinsi menjadi dasarpengelolaan semua potensi daerah yang ada dan dimanfaatkan semaksimal mungkin olehdaerah yang mendapatkan hak otonomi dari daerah pusat. Kesempatan ini sangatmenguntungkan bagi daerah-daerah yang memiliki potensi alam yang besar untuk dapatmengelola daerah sendiri secara mandiri, dengan peraturan pemerintah yang dulunyamengalokasikan hasil hasil daerah 75% untuk pusat dan 25% untuk dikembalikankedaerah membuat daerah-daerah baik tingkat I maupun daerah tingkat II sulit untuk mengembangkan potensi daerahnya baik secara ekonomi maupun budaya dan pariwisata.Dengan adanya otonami daerah diharapkan daerah tingkat I maupun Tingakat II mampumengelola daerahnya sendiri. Untuk kepentingan rakyat demi untuk meningkatkan danmensejahtrakan rakyat secara sosial ekonomi.

B.    RUMUSAN MASALAH
mengetahui sejauh mana daerah-daerah khususnya Sumatra dalam mengelola danmenjalankan otonimi daerah yang telah di terapkan pemerintah.

meningkattkan pengelolaan sumberdaya alam untuk kesejahtraan dan kemajuandaerah.

menciptakan kemandirian daerah dari ketergantungan dari peraturan pusatkhususnya tentang perekonomian daerah.


TUJUAN MASALAH



                                                                         BAB II
                                                                PEMBAHASAN

                                                            OTONOMI DAERAH
A.    HAKIKAT  OTONOMI DAERAH
B.    Pengertian Otonomi Daerah

Istilah PENGERTIAN, PRINSIP DAN TUJUAN OTONOMI DAERAH
Pengertian Otonomi Daerah
Istilah otonomi berasal dari bahasa Yunani autos yang berarti sendiri dan namos yang berarti Undang-undang atau aturan. Dengan demikian otonomi dapat diartikan sebagai kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri (Bayu Suryaninrat; 1985).
Beberapa pendapat ahli yang dikutip Abdulrahman (1997) mengemukakan bahwa :
F. Sugeng Istianto, mengartikan otonomi daerah sebagai hak dan wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerah.
Ateng Syarifuddin, mengemukakan bahwa otonomi mempunyai makna kebebasan atau kemandirian tetapi bukan kemerdekaan. Kebebasan yang terbatas atau kemandirian itu terwujud pemberian kesempatan yang harus dipertanggungjawabkan.
Syarif Saleh, berpendapat bahwa otonomi daerah adalah hak mengatur dan memerintah daerah sendiri. Hak mana diperoleh dari pemerintah pusat.
 Pendapat lain dikemukakan oleh Benyamin Hoesein (1993) bahwa otonomi daerah adalah pemerintahan oleh dan untuk rakyat di bagian wilayah nasional suatu Negara secara informal berada di luar pemerintah pusat. Sedangkan Philip Mahwood (1983) mengemukakan bahwa otonomi daerah adalah suatu pemerintah daerah yang mempunyai kewenangan sendiri yang keberadaannya terpisah dengan otoritas yang diserahkan oleh pemerintah guna mengalokasikan sumber sumber material yang substansial tentang fungsi-fungsi yang berbeda.
Dengan otonomi daerah tersebut, menurut Mariun (1979) bahwa dengan kebebasan yang dimiliki pemerintah daerah memungkinkan untuk membuat inisiatif sendiri, mengelola dan mengoptimalkan sumber daya daerah. Adanya kebebasan untuk berinisiatif merupakan suatu dasar pemberian otonomi daerah, karena dasar pemberian otonomi daerah adalah dapat berbuat sesuai dengan kebutuhan setempat.
Kebebasan yang terbatas atau kemandirian tersebut adalah wujud kesempatan pemberian yang harus dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, hak dan kewajiban serta kebebasan bagi daerah untuk menyelenggarakan urusan-urusannya sepanjang sanggup untuk melakukannya dan penekanannya lebih bersifat otonomi yang luas. Pendapat tentang otonomi di atas, juga sejalan dengan yang dikemukakan Vincent Lemius (1986) bahwa otonomi daerah merupakan kebebasan untuk mengambil keputusan politik maupun administrasi, dengan tetap menghormati peraturan perundang-undangan. Meskipun dalam otonomi daerah ada kebebasan untuk menentukan apa yang menjadi kebutuhan daerah, tetapi dalam kebutuhan daerah senantiasa disesuaikan dengan kepentingan nasional, ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
Terlepas dari itu pendapat beberapa ahli yang telah dikemukakan di atas, dalam Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 dinyatakan bahwa otonomi daerah adalah kewenangan daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Beranjak dari rumusan di atas, dapat disimpulkan bahwa otonomi daerah pada prinsipnya mempunyai tiga aspek, yaitu :
Aspek Hak dan Kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.
Aspek kewajiban untuk tetap mengikuti peraturan dan ketentuan dari pemerintahan di atasnya, serta tetap berada dalam satu kerangka pemerintahan nasional.
Aspek kemandirian dalam pengelolaan keuangan baik dari biaya sebagai perlimpahan kewenangan dan pelaksanaan kewajiban, juga terutama kemampuan menggali sumber pembiayaan sendiri.
 Yang dimaksud dengan hak dalam pengertian otonomi adalah adanya kebebasan pemerintah daerah untuk mengatur rumah tangga, seperti dalam bidang kebijaksanaan, pembiyaan serta perangkat pelaksanaannnya. Sedangkan kewajban harus mendorong pelaksanaan pemerintah dan pembangunan nasional. Selanjutnya wewenang adalah adanya kekuasaan pemerintah daerah untuk berinisiatif sendiri, menetapkan kebijaksanaan sendiri, perencanaan sendiri serta mengelola keuangan sendiri.
Dengan demikian, bila dikaji lebih jauh isi dan jiwa undang-undang Nomor 23 Tahun 2004, maka otonomi daerah mempunyai arti bahwa daerah harus mampu :
Berinisiatif sendiri yaitu harus mampu menyusun dan melaksanakan kebijaksanaan sendiri.
Membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta peraturan pelaksanaannya.
Menggali sumber-sumber keuangan sendiri.
Memiliki alat pelaksana baik personil maupun sarana dan prasarananya.
C.    otonomi berasal dari bahasa Yunani autos yang berarti sendiri dan namos yang berarti Undang-undang atau aturan. Dengan demikian otonomi dapat diartikan sebagai kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri (Bayu Suryaninrat; 1985).

Istilah otonomi daerah dan desentralisasi dalam kerangka sistem penyelenggaraan pemerintah sering di gunakan secara campur bauar (interchangeably).
Desentralralisasi sebagaimana di defisinikan perserikatan bangsa-bangsa (PBB) adalah:
Desentralisasi terkait dengan masalah pelimpahan wewenang dari pemerintah [usat yang berada di ibu kota negara baik melalui cara dekonsentrasi, misalnya pendelegasian, kepada pejabat di bawahnya maupun melalui pendelegasian kepada pemerintah atau perwakilan di daerah.

D.    SEJARAH OTONOMI DAERAH
Undang-undang nomor 22 tahun 1948 berfokus pada pengaturan tentang susunan pemerintahan
E.    PRINSIP DAN VISI OTONOMI DAERAH
Otonomi daerah dan daerah otonom, biasa rancu dipahami oleh masyarakat. Padahal sebagaimana pengertian otonomi daerah di atas, jelas bahwa untuk menerapkan otonomi daerah harus memiliki wilayah dengan batas administrasi pemerintahan yang jelas.
Daerah otonomi adalah wilayah administrasi pemerintahan dan kependudukan yang dikenal dalam Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dengan demikian jenjang daerah otonom ada dua bagian, walau titik berat pelaksanaan otonomi daerah dilimpahkan pada pemerintah kabupaten/kota. Adapun daerah provinsi, berotonomi secara terbatas yakni menyangkut koordinasi antar/lintas kabupaten/kota, serta kewenangan pusat yang dilimpahkan pada provinsi, dan kewenangan kabupaten/kota yang belum mampu dilaksanakan maka diambil alih oleh provinsi.
Secara konsepsional, jika dicermati berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, dengan tidak adanya perubahan struktur daerah otonom, maka memang masih lebih banyak ingin mengatur pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota. Disisi lain, pemerintah kabupaten/kota yang daerah otonomnya terbentuk hanya berdasarkan kesejahteraan pemerintahan, maka akan sulit untuk berotonomi secara nyata dan bertanggungjawab di masa mendatang.
Dalam diktum menimbang huruf (b) Undang-undang Nomor 22 tahun 1999, dikatakan bahwa dalam penyelenggaraan otonomi daerah, dipandang perlu untuk lebih menekankan pada prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan serta mempertimbangkan potensi dan keanekaragaman daerah.
Otonomi daerah dalam Undang-Undang Nomor 22  tahun 1999 adalah otonomi luas yaitu adanya kewenangan daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup semua bidang pemerintahan kecuali kewenangan di bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal,  agama serta kewenangan-kewenangan bidang lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Di samping itu, keleluasaan otonomi maupun kewenangan yang utuh dan bulat dalam penyelenggaraannya, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi.
F.    Dalam penjelesan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, dikatakan bahwa yang dimaksud dengan otonomi nyata adalah keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan kewenangan pemerintah di bidang tertentu yang secara nyata ada dan diperlukan serta tumbuh, hidup dan berkembang di daerah. Sedangkan yang dimaksud dengan otonomi yang bertanggung jawab adalah berupa perwujudan pertanggung jawaban sebagai konsekuensi pemberian hak dan kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan kewajiban yang harus dipikul oleh daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi berupa peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, serta pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah dalam rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
G.    Atas dasar pemikiran di atas¸ maka prinsip-prinsip pemberian otonomi daerah dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 adalah sebagai berikut :
H.  Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memperhatikan aspek demokrasi, keadilan, pemerataan serta potensi dan keanekaragaman daerah yang terbatas.
I.     Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab.
J.    Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada daerah Kabupaten dan daerah kota, sedang otonomi daerah provinsi merupakan otonomi yang terbatas.
K.  Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan kontibusi negara sehingga tetap terjalin hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah.
L.    Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan kemandirian daerah otonom, dan karenanya dalam daerah Kabupaten/daerah kota tidak ada lagi wilayah administrasi.
M.    Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan dan fungsi badan legislatif daerah, baik fungsi legislatif, fungsi pengawas maupun fungsi anggaran atas penyelenggaraan pemerintah daerah.
N.    Pelaksanaan azas dekonsentrasi diletakkan pada daerah provinsi dalam kedudukannya sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan kewenangan sebagai wakil daerah.
O.    Pelaksanaan azas tugas pembantuan dimungkinkan, tidak hanya dari pemerintah kepada daerah, tetapi juga dari pemerintah dan daerah kepada desa yang disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan dan mempertanggung jawabkan kepada yang menugaskannya.
P.    Adapun tujuan pemberian otonomi kepada daerah adalah untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan guna meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
Q.    Sejalan dengan pendapat di atas, The Liang Gie dalam Abdurrahman (1987) mengemukakan bahwa tujuan pemberian otonomi daerah adalah :
R.    Mengemukakan kesadaran bernegara/berpemerintah yang mendalam kepada rakyat diseluruh tanah air Indonesia.
S.    Melancarkan penyerahan dana dan daya masyarakat di daerah terutama dalam bidang perekonomian.
T.   

otonomi daerah sebagai kerangka penyelenggaraaan pemerintahan mempunyai visi yang dapat dirumuskan dalam tiga ruang lingkup utama yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya: politik, ekonomi, sosial, budaya.
Mengingat otonomi adalah buah dari kebijakan desentralisasi dan demokrasi, karenanya di visi otonomi daerah di bidang politik harus di pahami sebagai sebuah proses untuk membuka ruang bagi lahirnya kepala pemerintahan daerah yang di pilih secara demokratis.
Selanjutnya, visi otonomi daerah di bidang ekonomi mengandung makna bahwa otonomi daerah di satu pihak harus menjamin lancarnya pelaksanaan kebijakan ekonomi nasional di daerah.
Sedangkan visi otonomi daerah di bidang sosial dan budaya mengandung pengertian bahwa otonomi daerah harus diarahkan  pada pengelolaan, penciptaan danpemeliharaan integrasi dan harmoni sosial.
U.    BENTUK DAN TUJUAN DESENTRALISASI DALAM KONTEKS OTONOMI DAERAH
Rondinelli membedakan empat bentuk desentralisasi, yaitu:
a.    Deconcentration
b.    Delegation to semi-autonomous and parastatal agencies
c.     Devolution to local goverments
d.    Nongovernt institutions (privatitation)
Dalam konteks indonesia di kenal bentuk tugas pembantuan.
1.    Dekonsentrasi
Desentralisasi dalam bentuk dekonsentrasi (deconcentration), menurut rondenelli, pada hakekatnya hanya merupakan pembagian kewenangan dan tanggung jawab administratif antara pemerintah (departemen) pusat dengan pejabat birokrasi pusat di lapangan.
2.    Delegasi
Delegation to semi autonomous sebagai bentuk kedua desentralisasi yang di sebutkan oleh Rondenelli adalah pemilihan pengambilan keputusan dan kewenanagan managerial untuk melakukan tugas-tugas khusus kepada suatu organisasi yang tidak secara langsung berada di pengawasan pemerintahan pusat.
3.    Devolusi
Devolusi merupakan bentuk desentralisasi yang lebih ekstensif, yang merujuk pada situasi di mana pemerintahan pusat mentransfer kewenangan untuk pengambilan keputusan, keuangan dan manajemen kepada unit pemerintahan daerah. Devolusi adalah kondisi dimana pemerintahan pusat membentuk unit-unit pemerintahan di luar pemerintah pusat dengan menyerahkan sebagian fungsi-fungsi tertentu kepada unit-unit itu untuk di laksanakan secara mandiri.
4.    Privatisasi
Privatisasi adalah suatu tindakan pemberian kewenangan dari dari pemerintahan kepada badan-badan sukarela, swasta, dan swadaya masyarakat, tetapi dapat pula merupakan peleburan badan pemerintah menjadi badan usaha swasta.
5.    Tugas pembantuan
Tugas pembantuan (medebewind) merupakan pemberian kemungkinan dari pemerintahan pusat atau pemerintahan daerah yang lebih atas untuk meminta bantuan kepada pemerintah daerah yang tingkatanya lebih rendah agar menyelenggarakan tugas atau urusan rumah tangga dari daerah yang tingkatanya yang lebih atas.
Tujuan desentralisasi menurut Smith sebagaimana di kutip oleh Eko Prasodjo, dkk., adalah untuk:
a.    Penpedidikan politik
b.    Latihan kepemimpinan politik
c.    Stabilitas politik
d.    Kesamaan politik
e.    Akuntabilitas
f.    Daya tanggap (responsitivitas), dan
g.    Efensiensi dan efektifitas.





Rabu, 06 Juni 2012

PENGERTIAN LOGIKA DAN PERNYATAAN

                                                                              BAB I
                                                                   PENDAHULUAN
A.   LATAR BELAKANG
Merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dibantah bahwa logika, penalaran, dan argumentasi sangat sering digunakan di dalam kehidupan nyata sehari-hari, di dalam mata pelajaran matematika sendiri maupun mata pelajaran lainnya. Karenanya, topik ini akan sangat berguna bagi siswa, karena di samping dapat meningkatkan daya nalar mereka, topik tersebut akan dapat langsung diaplikasikan di dalam kehidupan nyata mereka sehari-hari dan di saat mempelajari mata pelajaran lainnya.

B.   TUJUAN
Makalah ini disusun dengan maksud untuk memberikan tambahan pengetahuan berupa wawasan dengan   harapan dapat digunakan sebagai salah satu sumber untuk memecahkan   masalah-masalah pengajaran Logika dan dapat digunakan juga sebagai bahan pengayaan wawasan sehingga bahan yang disajikan dapat lebih mudah diterima.
                                                                    PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN LOGIKA DAN PERNYATAAN
Kebenaran suatu teori yang dikemukakan setiap ilmuwan, matematikawan, maupun para ahli merupakan hal yang sangat menentukan reputasi mereka. Untuk mendapatkan hal tersebut, mereka akan berusaha untuk mengaitkan suatu fakta atau data dengan fakta atau data lainnya melalui suatu proses penalaran yang sahih atau valid.
Sebagai akibatnya, logika merupakan ilmu yang sangat penting dipelajari. Di dalam mata pelajaran matematika maupun IPA, aplikasi logika seringkali ditemukan meskipun tidak secara formal disebut sebagai belajar logika. Bagian ini akan membahas tentang logika yang didahului dengan   pengertian penalaran, diikuti dengan pernyataan, perakit-perakit pembentuk: negasi, konjungsi, disjungsi, implikasi dan biimplikasi.

A.    PENGERTIAN LOGIKA
Ada pernyataan menarik yang dikemukakan mantan Presiden AS Thomas Jefferson sebagaimana dikutip Copi (1978) berikut ini: "In a republican nation,  whose citizens are to be led by reason and persuasion and not by force, the art of reasoning becomes of first importance" (p. vii).   Pernyataan itu menunjukkan pentingnya logika, penalara dan argumentasi dipelajari dan dikembangkan di suatu negara sehingga setiap warga negara akan dapat dipimpin dengan daya nalar (otak) dan bukannya dengan kekuatan (otot) saja. Karenanya, seperti yang dinyatakan mantan Presiden AS tadi, seni bernalar merupakan hal yang sangat penting. Di samping itu, Copi (1978) juga mengutip pendapat Juliana Geran Pilon yang senada dengan yang diucapkan mantan Presiden AS tadi:   "Civilized life  depends upon the success of reason in social intercourse, the prevalence of logic over violence in interpersonal conflict" (p. vii).
Dua pernyataan di atas telah menunjukkan pentingnya penalaran  (reasoning) dalam  percaturan politik dan pemerintahan di suatu  negara. Tidak hanya di bidang ketatanegaraan maupun hukum  saja  kemampuan   bernalar itu menjadi  penting.  Di  saat mempelajari logika maupun ilmu-ilmu lainnya penalaran itu menjadi sangat penting dan menentukan. Secara etimologis, Logika Berasal Dari Kata Yunani 'Logos' Yang Berarti Kata, Ucapan, Pikiran Secara Utuh, Atau Bisa Juga Berarti Ilmu Pengetahuan. Dalam arti luas, Logika adalah suatu cabang ilmu yang mengkaji penurunan-penurunan kesimpulan yang sahih (valid,  correct) dan yang tidak sahih (tidak valid,incorrect). Proses berpikir yang terjadi di saat menurunkan atau menarik kesimpulan dari pernyataan-pernyataan      yang diketahui benar atau dianggap benar itu sering juga disebut dengan penalaran (reasoning).

B.    PERNYATAAN
Dimulai sejak ia masih kecil, setiap manusia, sedikit demi sedikit melengkapi perbendaharaan kata-katanya. Di saat berkomunikasi, seseorang harus menyusun kata-kata yang dimilikinya menjadi suatu kalimat yang memiliki arti atau bermakna. Kalimat adalah susunan kata-kata yang memiliki arti yang dapat berupa pernyataan ("Pintu itu tertutup.”) pernyataan ("Apakah pintu itu tertutup?"), perintah ("Tutup pintu  itu!") ataupun permintaan ("Tolong pintunya ditutup."). Dari empat macam kalimat tersebut,hanya pernyataan saja yang memiliki nilai benar atau salah, tetapi tidak sekaligus benar atau salah. Meskipun para ilmuwan, matematikawan ataupun ahli-ahli lainnya sering menggunakan beberapa macam kalimat tersebut dalam kehidupan sehari-harinya namun hanya pernyataan saja yang menjadi perhatian mereka dalam mengembangkan ilmunya.
Setiap ilmuwan, matematikawan, ataupun ahli-ahli lainnya akan berusaha untuk menghasilkan suatu pernyataan atau teori yang benar. Suatu pernyataan (termasuk teori) tidak akan ada artinya jika tidak bernilai benar. Karenanya, pembicaraan mengenai benar tidaknya suatu kalimat yang memuat suatu teori telah menjadi pembicaraan dan perdebatan para ahli filsafat dan logika sejak   dahulu kala.  
Beberapa nama yang patut diperhitungkan karena telah berjasa untuk kita adalah Plato (427 - 347 SM), Aristoteles (384 - 322 SM), Charles S Peirce (1839  - 1914) dan Bertrand Russell (1872  - 1970). Paparan berikut akan membicarakan tentang kebenaran, dalam arti, bilamana suatu pernyataan yang dimuat di dalam suatu kalimat disebut benar dan bilamana disebut salah.
Untuk menjelaskan tentang kriteria kebenaran ini perhatikan dua kalimat berikut:
a.   Semua manusia akan mati.
b.   Jumlah besar sudut-sudut suatu segitiga adalah 180  .
Pertanyaannya, dari dua kalimat tersebut, kalimat manakah yang bernilai benar dan manakah yang bernilai salah. Pertanyaan selanjutnya, mengapa kalimat   tersebut dikategorikan bernilai benar atau salah, dan bilamana suatu kalimat dikategorikan sebagai kalimat yang bernilai benar atau salah.  Untuk menjawab       pertanyaan tersebut, Suriasumantri (1988) menyatakan bahwa ada tiga  teori  yang   berkait dengan kriteria kebenaran ini, yaitu : teori korespondensi, teori koherensi,  dan teori pragmatis. Namun sebagian buku hanya membicarakan dua teori saja,   yaitu teori korespondensi dan teori koherensi sehingga pembicaraan kita hanya berkait dengan dua teori tersebut.
1.    Teori Korespondensi
Teori korespondensi (the correspondence theory of truth) menunjukkan bahwa suatu kalimat akan bernilai benar jika hal-hal yang terkandung di dalam   pernyataan tersebut sesuai atau cocok dengan keadaan yang sesungguhnya.   Contohnya, “Surabaya adalah ibukota Propinsi Jawa Timur”  merupakan suatu   pernyataan yang bernilai benar karena kenyataannya memang demikian, yaitu   Surabaya memang benar merupakan ibukota Propinsi Jawa Timur. Namun   pernyataan “Tokyo adalah Ibukota Singapura”, menurut teori ini akan bernilai salah karena hal-hal yang terkandung di dalam pernyataan itu tidak sesuai dengan kenyataannya.
Teori-teori Ilmu Pengetahuan Alam banyak didasarkan pada teori korespondensi ini. Dengan demikian jelaslah bahwa teori-teori atau pernyataan-pernyataan         Ilmu Pengetahuan Alam akan dinilai benar jika pernyataan itu melaporkan, mendeskripsikan, ataupun menyimpulkan kenyataan atau fakta yang sebenarnya.   Sedangkan Matematika yang tidak hanya mendasarkan pada kenyataan atau   fakta semata-mata namun mendasarkan pada rasio dan aksioma telah melahirkan teori koherensi yang akan dibahas pada bagian berikut ini.
2.     Teori Koherensi
Teori koherensi menyatakan bahwa suatu kalimat akan bernilai benar jika pernyataan yang terkandung di dalam kalimat itu bersifat koheren, konsisten, atau tidak bertentangan dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap      benar. Contohnya, pengetahuan Aljabar telah didasarkan pada pernyataan   pangkal yang dianggap benar. Pernyataan yang dianggap benar itu disebut aksioma atau postulat. Vance (19..) menyatakan ada enam aksioma yang berkait dengan bilangan real a, b, dan c terhadap operasi penjumlahan (+) dan perkalian (.) berlaku sifat:
1)   tertutup, a + b     R dan a.b      R.
2)    asosiatif, a + (b + c) = (a + b) + c dan a .(b . c) =  (a . b) . c
3)   komutatif, a + b = b + a dan a.b = b.a
4)    distributif, a.(b + c) = a.b + a.c dan (b + c).a = b.a + c.a
5)   identitas, a + 0 = 0 + a = a dan a.1 = 1. a = a 1    1
6)   invers, a + (-a) = (-a) + a = 0 dan a.=    .a = 1     a   a
Berdasar   enam  aksioma   itu,   teorema   seperti  -b   +   (a   +   b)   =   a dapat   dibuktikan   dengan cara berikut:
- b + (a + b)     =   - b + (b + a)            Aks 3 -  Komutatif
                        =    (-b + b) + a            Aks 2 -  Asosiatif
                        =  0 + a                 Aks 6 -  Invers
                        =   a                     Aks 5 – Identitas
Demikian juga pernyataan bahwa jumlah sudut-sudut suatu segi-n adalah: 0
(n - 2) × 180 akan bernilai  benar karena konsisten dengan aksioma yang sudah disepakati kebenarannya dan konsisten juga dengan dalil atau teorema sebelumnya yang sudah terbukti. Dengan demikian jelaslah bahwa bangunan matematika didasarkan pada rasio semata-mata, kepada aksioma-aksioma yang   dianggap benar tadi. Suatu hal yang sudah jelas benar pun harus ditunjukkan atau dibuktikan kebenarannya dengan langkah-langkah yang benar.
Dari paparan di atas jelaslah bahwa pada dua pernyataan berikut:
a)    Semua manusia akan mati
b)    Jumlah besar sudut-sudut suatu segitiga adalah 180;
•    maka baik pernyataan maupun logika  akan sama-sama bernilai benar,    namun dengan alasan yang berbeda. Pernyataan bernilai   benar   karena   pernyataan itu melaporkan, mendeskripsikan ataupun menyimpulkan kenyataan atau fakta yang sebenarnya sampai detik ini, belum pernah ada  orang yang hidup kekal dan abadi. Pernyataan tersebut akan bernilai   salah jika sudah ditemukan suatu alat atau obat yang sangat canggih sehingga akan ada orang yang tidak bisa mati lagi. Sedangkan  pernyataan bernilai benar karena pernyataan itu konsisten atau koheren ataupun tidak   bertentangan dengan aksioma yang sudah disepakati kebenarannya dan   konsisten juga dengan dalil  atau teorema sebelumnya yang sudah terbukti. Itulah sekilas tentang teori korespondensi dan teori koherensi yang memungkinkan kita untuk dapat menentukan benar tidaknya suatu pernyataan.

                                                                    Daftar Pustaka
Lipschutz, S; Silaban, P. (1985). Teori Himpunan. Jakarta: Erlangga.
Soekardijo, R.G. (1988). Logika Dasar, Tradisionil, Simbolik dan Induktif. Jakarta: Gramedia.
http://www.4shared.com/office/DUYRbgnz/makalah_logika_baru.html

                                                                    KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Pengertian Logika dan Pernyataan” makalah ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah Logika.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah bimbingannya selama ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini, oleh karena itu penulis mengaharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk memperbaiki makalah ini di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat terutama bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya. Akhirnya kepada Allah jugalah semuanya kita kembalikan.


                                                                                                                         Jepara, 14 Mei 2012

                                                                                                                         Zainal Abidin


PROSES TERJADINYA ALAM SEMESTA

                                                                         MAKALAH
                                               PROSES TERJADINYA ALAM SEMESTA

                                                                             BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Alam semesta merupakan suatu ruang atau tempat bagi manusia, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan benda-benda. Langit sebagai atapnya dan bumi sebagainya lantainya. Jadi, alam semesta atau jagat raya adalah satu ruang yang maha besar, terdapat kehidupan yang biotik dan abiotik.
Manusia sebagai makhluk yang terdiri atas berbagai macam pola dan bentuk tetapi diantara makhluk tersebut. Tuhan menciptakan bermacam-macam makhluk tetapi yang paling istimewa dan sempurna yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah akal, agar manusia dapat membedakan baik atau buruknya sesuatu.jhgnujhygnuygnygfyfvyvgyvyhvh
B.    Rumusan Masalah
Makalah tentang proses terjadinya alam semesta dan asalmula kejadian manusia. Mencakup beberapa permasalahan yaitu sebagai berikut :
1. Proses kejadian alam ?
2. Lamanya penciptaan alam ?
3. Asal mula kehidupan ?
4. Asal mula kejadian manusia ?
C.    Sistematika Penulisan
Karya tulis ini terdiri dari tiga Bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan yang memuat latar belakang, rumusan masalah, dan sistematika penulisan.
Bab II : Pembahasan berisikan tentang proses kejadian alam : Berisikan tentang asal mula kejadian manusia.
Bab III : Penutup
                                                                         BAB II
                                             PROSES TERJADINYA ALAM SEMESTA
A.    Proses Terjadinya Alam Semesta
Gambar 10. Sebuah bintang terbentuk dari gumpalan gas dan asap (nebula), yang merupakan peninggalan dari 'asap' yang menjadi asal kejadian alam semesta. (The Space Atlas, Heather dan Henbest, hal. 50)
Gambar 11. Nebula Laguna adalah sebuah gumpalan gas dan asap yang berdiameter sekitar 60 tahun cahaya. Ia dipudarkan oleh radiasi ultraviolet dari bintang panas yang baru saja terbentuk di dalam gumpalan tersebut. (Horizons, Exploring the Universe, Seeds, gambar 9, dari Association of Universities for Research in Astronomy, Inc.)
Ilmu pengetahuan moderen, ilmu astronomi, baik yang berdasarkan pengamatan maupun berupa teori, dengan jelas menunjukkan bahwa pada suatu saat seluruh alam semesta masih berupa 'gumpalan asap' (yaitu komposisi gas yang sangat rapat dan tak tembus pandang, The First Three Minutes, a Modern View of the Origin of the Universe, Weinberg, hal. 94-105.). Hal ini merupakan sebuah prinsip yang tak diragukan lagi menurut standar astronomi moderen. Para ilmuwan sekarang dapat melihat pembentukan bintang-bintang baru dari peninggalan 'gumpalan asap' semacam itu (lihat gambar 10 dan 11)
Bintang-bintang yang berkilauan yang kita lihat di malam hari, sebagaimana seluruh alam semesta, dulunya berupa materi 'asap' semacam itu. Allah telah berfirman di dalam Al Qur'an:
          •       
Artinya : "Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa." Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati" (QS. Al Fushilat : 11)
Karena bumi dan langit di atasnya (matahari, bulan, bintang, planet, galaksi dan lain-lain) terbentuk dari 'gumpalan asap' yang sama, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa matahari dan bumi dahulu merupakan satu kesatuan. Kemudian mereka berpisah dan terbentuk dari 'asap' yang homogen ini. Allah telah berfirman:
    •          •      
Artinya : “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”. (QS. Al Anbiya : 30)
Dr. Alfred Kroner adalah salah satu ahli ilmu bumi terkemuka. Ia adalah Profesor geologi dan Kepala Departemen Geologi pada Institute of Geosciences, Johannes Gutenberg University, Mainz, Jerman. Ia berkata: "Jika menilik tempat asal Muhammad... Saya pikir sangat tidak mungkin jika ia bisa mengetahui sesuatu semisal asal mula alam semesta dari materi yang satu, karena para ilmuwan saja baru mengetahui hal ini dalam beberapa tahun yang lalu melalui berbagai cara yang rumit dan dengan teknologi mutakhir. Inilah kenyataannya." Ia juga berkata: "Seseorang yang tidak mengetahui apapun tentang fisika inti 14 abad yang lalu, menurut saya, tidak akan pernah bisa mengetahui, melalui pemikirannya sendiri, bahwa dulunya bumi dan langit berasal dari hal yang satu."
1. Penciptaan Alam
Secara umum alam semesta itu disebut langit dan bumi serta segala sesuatu yang ada diantara keduanya, semua sarjana kosmolog dari berbagai aliran dan teori sepakat bahwa kejadian alam semesta melalui proses yang panjang. Seperti yang diterangkan dalam Al-Qur’an Surah Fushilat ayat 11 :
          •       
Artinya : "Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa." Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati" (QS. Al Fushilat : 11)
Pada mulanya langit berupa asap, dengan demikian tidak mustahil apabila bumi dahulunya berasal dari asap atau gas. Beberapa masa langit yang masih berupa asap hingga menjadi benda langit yang sempurna untuk keseluruhan alam semesta dijadikan dalam enam masa, seperti disebutkan dalam Al-Qur’an surah Qaf Ayat 38 :
             
Artinya : “Dan Sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan” (Q.S. Qaf : 38)

Dan firman Allah SWT lagi :
                          
Artinya : “Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, Kemudian dia bersemayam di atas 'Arsy. tidak ada bagi kamu selain dari padanya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”(QS. As-Sajdah : 4)
2. Lamanya Penciptaan Alam Semesta
Tidak ada yang dapat memastikan masa lamanya penciptaan alam semesta. Dalam Al-Qur’an menerangkan enam masa pemprosesan sempurna. Firman Allah SWT :
•                                 
Artinya : “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy untuk mengatur segala urusan. tiada seorang pun yang akan memberi syafa’at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian Itulah Allah, Tuhan kamu, Maka sembahlah Dia. Maka Apakah kamu tidak mengambil pelajaran?”(Q.S. Yunus : 3)
Ayat ini menjelaskan bahwa alam semesta secara keseluruhan diciptakan dalam enam masa, langit dan bumi tercipta dalam enam masa termasuk apa-apa yang ada diantara keduanya, sebab tanpa itu bumi ini tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
B.    Asal Mula Kehidupan
Dari sempurnanya penciptaan alam semesta dan isinya itulah asal mula kehidupan dimuka bumi.
1. Asal mula kejadian manusia
Manusia adalah termasuk bagian dari alam, namun disamping secara jasmaniah tunduk kepada hukum Tuhan, Sunatullah, dapat juga tidak tunduk kepada-Nya atau membangkang. Hal ini karena manusia diberikan daya untuk memilih antara patuh dan tidak.
Oleh sebab itu manusia akan dimintakan pertanggung jawaban diakhirat, sedang makhluk lainnya tidak. Firman Allah SWT dalam Surah Shad Ayat 71 :
         
Artinya : “(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat: “Sesungguhnya aku akan menciptakan manusia dari tanah”. (Q.S.Shaad : 71)






                                                                           BAB III
                                                                        PENUTUP
A.    Kesimpulan
Manusia terdiri dari berbagai macam organ dan sifat yang sangat kompleks tetapi semuanya itu dapat dikaji dan dikupas secara mendalam oleh para ilmuan dan ditegaskan kebenarannya oleh Al-Qur’an yang definisinya itu tepat. Manusia terjadi atas bermacam-macam unsur yaitu : Tanah, air, ruh yang semuanya berasal dari alam. Sedangkan lama proses terjadinya alam melalui 6 masa seperti yg difirmankan oleh Allah SWT :
             
Artinya : “Dan Sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan” (Q.S. Qaf : 38)
B.    Saran-Saran
Sebaiknya kita harus menjaga kelestarian alam semesta yang diciptakan oleh sang Khaliq agar alam semesta tetap indah dan terjaga kelestariannya. Dan kita juga harus semakin beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.


DAFTAR PUSTAKA
1. Mustafa KS (1982)
2. Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Proyek  Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an. Jakarta
3. Dr. Swardi. Buku : Petunjuk geologi SMA Kurikulum 1994. Penerbit Balai Pustaka